Powered By Blogger

Jumat, 21 Desember 2012

Teori Rogers



MAKALAH
TEORI PSIKOLOGI CARL ROGERS
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi






                                                       Disusun oleh kelompok II
             1.     Adita Irmawanti
             2.     Hani Haryani
             3.     Muhtarul Anam
             4.     Nandi Noer Royana
             5.     Risal Maulana
             6.     Rizqi Agung
             7.     Siti Romlah
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKes BUDI LUHUR CIMAHI
2012/ 2013


Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismullahirahmanirrahim
     Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya yang tak henti henti diturunkan kepada kami sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya dengan judul TEORI PSIKOLOGI CARL ROGERS. Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah psikologi.
Ucapan terima kasih hendaknya penulis sampaikan kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak. Karena penulis menyadari tanpa bantuan dari pihak-pihak tersebut makalah ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan peenulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah penulis dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih dan sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan khususnya dibidang pendidikan dan kesehatan.


Cimahi,            Desember  2012
                                                                                                                                                                                                            Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
I.2. TUJUAN PENULISAN
                        I.2.1. TUJUAN UMUM
                        I.2.2. TUJUAN KHUSUS
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
            III.1. TEORI HUMANISTIK CARL ROGERS
                        III.1.1. Aktualisasi Diri
                        III.1.2. Perkembangan Kepribadian
III.2. POKOK – POKOK TEORI ROGERS
III.3. METODE – METODE PENYELIDIKAN CARL ROGERS
III.4. DINAMIKA KEPRIBADIAN
III.5. APLIKASI
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Psikolog adalah seorang ahli dalam bidang praktik psikologi, bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Psikolog dapat dikategorikan ke dalam beberapa bidang tersendiri sesuai dengan cabang ilmu psikologi yang ditekuninya, misalnya Psikolog klinis, psikolog pendidikan, dan psikolog industri. Psikolog di Indonesia tergabung dalam organisasi profesi bernama Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI).
Sepanjang sejarah keinginan manusia untuk mengetahui sebab-sebab tingkah lakunya dan semenjak psikologi menjadi pengetahuan yang otonom, masalah aspek kejiwaan yang mengatur, membimbing dan mengontrol tingkah laku manusia selalu timbul dan menjadi persoalan. Pengertian umum (popular) mengenai inner entity ini barangkali ialah jiwa (soul). Menurut teori  “Jiwa“ gejala-gejala kejiwaan (mental phenomena) dianggap sebagai pencerminan  (manifestasi) substansi khusus yang secara khas berbeda dari substansi kebendaan. Dalam pikiran keagamaan jiwa itu dipandang sebagai abadi, bebas dan asalnya suci.
Psikologi sendiri telah dikenal sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa.
I.2. TUJUAN PENULISAN
            I.2.1. TUJUAN UMUM
Agar mahasiswa mengetahui tentang psikologi menurut para ahli dan dapat menerapkannya dalam merancang atau menyusun suatu rencana asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga sesuai kasus dengan benar.
            I.2.2. TUJUAN KHUSUS
·         Mahasiswa mampu mengetahui teori psikologi Carl Rogers.
·         Mahasiswa mampu menjelaskan pokok - pokok teori psikologi Carl Rogers.
·         Mahasiswa mampu merancang, menyusun rencana asuhan keperawatan, dan menyelesaikan masalah yang muncul dalam proses keperawatan dengan mengacu pada teori psikologi Carl Rogers.











I.3. SISTEMATIKA PENULISAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
I.2. TUJUAN PENULISAN
            I.2.1. TUJUAN UMUM
            I.2.2. TUJUAN KHUSUS
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
III.1. TEORI HUMANISTIK CARL ROGERS
            III.1.1. Aktualisasi Diri
            III.1.2. Perkembangan Kepribadian
III.2. POKOK – POKOK TEORI ROGERS
III.3. METODE – METODE PENYELIDIKAN CARL ROGERS
III.4. DINAMIKA KEPRIBADIAN
III.5. APLIKASI
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, Illinois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers menjadi tertarik kepada pertanian secara ilmiah. Pertanian ini membawanya ke perguruan tinggi, dan pada tahun-tahun pertama Rogers sangat gemar akan ilmu alam dan ilmu hayat. Setelah menyelesaikan pelajaran di University of Wisconsin pada 1924 Rogers masuk Union Theological College of Columbia, disana Rogers mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teachers College of Columbia, disana Rogers terpengaruh oleh filsafat John Dewey serta mengenal psikologi klinis dengan bimbingan L. Hollingworth. Rogers mendapat gelar M.A. pada tahun 1928 dan doctor pada 1931 di Columbia. Pengalaman praktisnya yang pertama-tama diperolehnya di Institute for Child Guidance. Lembaga tersebut orientasinya Freudian. Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemikiran menurut aliran Thorndike.
Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi, Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi pemimpinnya. Selama masa ini Rogers dipengaruhi oleh Otto Rank, seorang psychoanalyst yang memisahkan diri dari Freudian yang ortodok.
Pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State University. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh Rogers sendiri sangat tajam. Karena rangsangannya Rogers merasa terpaksa harus membuat pandangannya dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakannya pada 1942 dalam buku Counseling and Psychotheraphy. Pada tahun 1945 Rogers menjadi mahaguru psikologi di Universitas of Chicago, yang dijabatnya hingga kini. Tahun 1946-1957 menjadi presiden the American Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara, kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi.  Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.






BAB III
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
III.1. TEORI HUMANISTIK CARL ROGERS
III.1.1. Aktualisasi Diri
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman-pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
III.1.2. Perkembangan Kepribadian
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan apa dan siapa aku sebenarnya dan apa yang sebenarnya harus saya perbuat. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.      Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.      Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Contoh:
“Erin yakin bahwa dia merupakan orang yang sangat dermawan, sekalipun dia seringkali sangat pelit dengan uangnya dan biasanya hanya memberikan tips yang sedikit atau bahkan tidak memberikan tips sama sekali saat di restoran. Ketika teman makan malamnya memberikan komentar pada perilaku pemberian tipsnya, dia tetap bersikukuh bahwa tips yang dia berikan itu sudah layak dibandingkan pelayanan yang dia terima. Dengan memberikan atribusi perilaku pemberian tipsnya pada pelayanan yang buruk, maka dia dapat terhindar dari kecemasan serta tetap menjaga konsep dirinya yang katanya dermawan”.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
·         Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya (unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
·         Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.

III.2. POKOK-POKOK TEORI ROGERS
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
  1. Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
a)      Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b)      Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
c)      Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2.      Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
3.      Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai bermacam-macam sifat:
·         Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
·         Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
·         Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan).
·         Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
·         Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.
·         Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.
Sifat-sifat dari ketiga konsepsi itu dan saling hubungannya dirumuskan oleh Rogers dalam 19 dalil dalam bukunya Client-centered therapy :
1.      “Tiap individu ada dalam dunia pengalaman yang selalu berubah, di mana dia menjadi pusatnya”. Rogers berpendapat bahwa mungkin hanya sebagian kecil saja daripada dunia pengalaman itu yang disadari. Pengalaman disini artinya sebagai segala sesuatu yang terjadi dalam organisme dalam sesuatu saat, termasuk proses-proses psikologis, kesan-kesan sensoris, dan aktivitas-aktivitas motoris.
2.      “Organisme bereaksi terhadap medan sebagaimana medan itu dialami dan diamatinya. Bagi individu dunia pengamatan ini adalah kenyataan (realitas)”. Dalil ini menunjukkan bahwa pribadi tidak bereaksi terhadap perangsang-perangsang dari luar dan pendorong dari dalam (as such, an sich), tetapi dia bereaksi terhadap hal yang merangsang dan mendorongnya seperti apa yang dialaminya.
3.      “Organisme bereaksi terhadap medan phenomenal sebagai keseluruhan yang terorganisasi (organized whole)”. Istilah organized whole ini konsepsi holistis yang berasal dari psikologi Gestalt (Goldstein). Pendapat ini menunjukkan bahwa Rogers tidak sepaham dengan cara penyelidikan segmental, misalnya stimulus-response (psikologi). Organisme selalu merupakan suatu sistem yang terorganisasi, sehingga perubahan pada tiap bagiannya akan menimbulkan perubahan pada lain-lain bagian.
4.      “Organisme mempunyai satu kecenderungan dan dorongan dasar, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri”. Rogers menambahkan bahwa kecenderungan bergerak maju itu hanya akan berfungsi kalau pemilihan diamati dengan jelas dan dilambangkan secara baik.
5.      “Pada dasarnya tingkah laku itu adalah usaha organisme yang berarah tujuan (goal-directed, deolgericht), yaitu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan sebagaimana dialaminya, dalam medan sebagaimana diamatinya”.
6.      “Emosi menyertai dan pada umumnya memberikan fasilitas tingkah laku berarah tujuan itu”.
7.      “Jalan yang paling baik untuk memahami tingkah laku ialah dengan melalui internal frame of reference orangnya sendiri”. Rogers berpendapat, bahwa self-report tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai kepribadian, karena :
·         Orang mungkin sadar akan alasan tingkah-lakunya akan tetapi tak dapat menyatakannya dalam kata-kata.
·         Orang mungkin tidak menyadarinya.
·         Orang mungkin menyadari pengalamannya dan dapat menyatakannya, tetapi dia tidak mau berbuat demikian.
8.      “Suatu bagian dari seluruh medan pengamatan sedikit demi sedikit terdiferensiasikan sebagai self”. Rogers berpendapat bahwa self phenomenal terdiferensiasikan dari medan phenomenal. Self ini ialah kesadaran orang akan adanya dan berfungsinya.
9.      “Sebagai hasil saling pengaruh dengan lingkungan, terutama sebagai hasil dari saling pengaruh dengan lingkungan, terutama sebagai hasil dari saling pengaruh yang bersifat menilai dengan orang-orang lain, struktur self itu terbentuk pola pengamatan yang teratur, lentur (fluid),selaras dalam hubungan dengan “I” atau “me”, beserta nilai-nilai yang dihadapi dengan konsepsi ini”.
10.  “Nilai-nilai terikat kepada pengalaman, dan nilai-nilai yang merupakan bagian struktur self, dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang dialami langsung oleh organisme, dan dalam beberapa hal adalah nilai-nilai yang diintroyeksikan atau diambil dari orang lain, tetapi diamati sebagai dialaminya langsung”.
11.  Pengalaman yang terjadi ddalam kehidupan individu itu dapat dihadapi dengan demikian :
a.       Dilambangkan, diamati dan diatur dalam hubungan dengan self,
b.      Diabaikan karena tak ada hubungan yang terlihat dengan struktur self,
c.       Ditolak atau dilambangkan secara palsu oleh karena pengalaman itu tak selaras dengan struktur self.
12.  “Kebanyakan cara-cara bertingkah laku yang diambil orang ialah yang selaras dengan konsepsi self”.
13.  “Dalam beberapa hal tingkah laku itu mungkin didorong oleh pengalaman-pengalaman dan kebutuhan-kebutuhan organis yang tidak dilambangkan. Tingkah laku yang demikian itu mungkin tidak serasi dengan struktur self, akan tetapi dalam hal yang demikian tingkah laku itu tidak diakui oleh individual yang bersangkutan”.
14.  “Psychological maladjustment terjadi apabila organisme menolak menjadi sadarnya pengalaman sensoris dan visceral yang kuat, yang selanjutnya tidak dilambangkan dan diorganisasikan ke dalam gestalt struktur self. Apabila hal ini terjadi, maka akan terjadi psychological tension”.
15.  “Psychological adjustment terjadi apabila konsepsi self itu sedemikian rupa, sehingga segala pengalaman sensoris dan visceral diasimilasikan pada taraf lambang (sadar) ke dalam hubungan yang selaras dengan konsepsi self”.
16.  “Tiap pengalaman yang tak selaras dengan organisasi atau struktur self akan diamati sebagai ancaman, dan makin meningkat pengamat itu akan makin tegas struktur self itu untuk mempertahankan diri”.
17.  “Dalam kondisi tertentu, pertama-tama tiadanya ancaman terhadap struktur self, pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self dapat diamati dan diuji dalam struktur self direvisi untuk dapat mengasimilasi dan melingkupi pengalaman-pengalaman yang demikian itu”.
18.  “Apabila orang mengalami dan menerima segala pengalaman sensoris dan visceral-nya kedalam sisitemnya yang integral dan selaras, maka dia akan lebih memahami orang lain dan menerima orang lain sebagai individu”.
19.  “Teori ini pada dasarnya bersifat phenomenologis dan terutama berhubungan dengan konsepsi untuk menerangkan. Teori itu menggambarkan titik akhir daripada perkembangan kepribadian yaitu adanya kesamaan pokok antara medan pengalaman phenomenal dan struktur self konseptual.

III.3. METODE – METODE PENYELIDIKAN CARL ROGERS

Rogers adalah pelopor di dalam penyelidikan di bidang counseling dan psikoterapi, dan memberikan banyak dorongan ke arah penyelidikan mengenai sifat-sifat dari proses yang terjadi selama perawatan klinis. Penyelidikan mengenai psikoterapi sebenarnya sangat sukar, oleh karena sifat individualnya, suasana psikoterapi itu, therepist terpaksa tunduk kepada kesejahteraan pasien dan mengabaikan syarat-syarat research dengan mengizinkan masuknya semua hal yang individual yang diperlukan oleh pasien ke dalam ruang perawatan. Dalam kenyataanya perumusan sistematis mengenai teori self yang disusun Rogers itu ditentukan oleh penemuan-penemuan research. Semenjak perumusan teori itu Rogers memperluas research yang meliputi pula macam-macam kesimpulan-kesimpulan dan teori kepribadiannya.
a.       Penyelidikan Kuantitatif
     Banyak gagasan-gagasan Rogers tentang kepribadian disimpulkan dengan cara kualitatif dari catatan-catatan mengenai pernyataan pasien mengenai gambaran dirinya sendiri (self picture) serta perubahan-perubahannya selama terapi.
b.      Analisis Isi (Content Analysis)
 Metode ini terdiri dari perumusan sejumlah kategori yang dipakai untuk mengklasifikasikan verbalisasi pasien. Pernyataan-pernyataan pasien selama interview dalam terapi diklasifikasikan. mIsalnya membuat kategori-kategori mengenai self-referance :
·         Positive approval self-reference.
·         Negative or disapproval self-reference.
·         Ambivalent self-reference.
·         Ambiguous selg-reference.
c.       Penyelidikan-penyelidikan dengan Q Technique
Q technique adalah suatu metode untukmenyelidiki secara sistematis mengenai pengertian orang (gambaran orang) mengenai dirinya sendiri, walaupun sebenarnya metode ini juga dapat dipakai untuk menyelidiki hal-hal lain. Orang yang diselidiki diberi sejumlah pernyataan (statement), lalu disuruh menyusun menurut urutan tertentu. Misalnya Butler & Heigh dengan maksud mentest assumption bahwa orang yang datang pada counseling itu kurang puas terhadap diri sendiri, dan kalau telah mengalami counseling yang berhasil ketidakpuasan itu akan berkurang mengerjakannya, demikian dibuat pernyataan-pernyataan pasien di dalam terapi seprti :
            “ I am a submissive person”
            “ I am a hard worker”
            “ I am a likable”
            “ I am a impulsive person”
Sebelum mulia counseling pasien disuruh memilih mengatur kartu yang berisi pernyataan itu dalam dua cara :
1)      Self-sort : Aturlah kartu-kartu ini untuk menggambarkan dirimu sendiri sebagaimana kau lihat hari ini dari yang paling tidak mirip dengan kamu sampai yang paling mirip dengan kamu.
2)      Ideal-sort : sekarang aturlah kartu-kartu itu untuk menggambarkan orang yang kamu cita-citakan, orang yang ingin kamu tiru, kamu ingin seperti dia.
III.4. DINAMIKA KEPRIBADIAN
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh :
1.      Keterbukaan pada pengalaman
Yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.
2.      Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
3.      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
4.      Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
5.      Kreativitas
Seorang yang  kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.
III.5. APLIKASI
Carl Roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut  non-directive therapy, kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud individualitas konseling yang setaraf  dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif. Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu dinamakan: non-directive therapy atau client centered therapy.
Non-directive therapy ini menjadi popular karena:
  1. Secara historis lebih terikat kepada psikologi daripada kedokteran
  2. Mudah dipelajari
  3. Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian
  4. Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara psikoanalistis.
Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan menciptakan  kesehatan dan menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus mempergunakan teknisnya untuk memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara langsung tetapi dengan menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman, kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya. Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan bersikap :
1.      Menerima (Acceptance)
Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri apa adanya.
2.      Kehangatan (Warmth)
Ditujukan   agar  klien   merasa  aman   dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
3.      Tampil apa  adanya (Genuine)
Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.
4.      Empati (Emphaty)
Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame  of reference),  klien   akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan problematikanya.
5.      Penerimaan tanpa  syarat (Unconditional positive  regard)
Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun  negatif perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
6.      Transparansi (Transparancy)
Penampilan  terapis  yang transparan atau tanpa topeng pada   saat  terapi   berlangsung    maupun  dalam kehidupan keseharian merupakan   hal yang penting  bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
7.      Kongruensi (Congruence)
Konselor   dan  klien  berada pada hubungan yang sejajar dalam   relasi  terapeutik  yang   sehat. Terapis  bukanlah  orang  yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.
Kondisi-kondisi yang memungkinkan klien mengubah  diri secara konstruktif mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
  1. Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem yang dihadapi.
  2. Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
  3. Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
  4. Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
  5. Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
  6. Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadi congruence.
  7. 7. Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional positive regard.
  8. Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial dengan baik.
  9. Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan permasalahannya, maka :
  1. Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
  2. Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
  3. Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam hubungan dengan orang lain.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya. Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respon secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subjektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara objektif. Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.

BAB IV
KESIMPULAN
Rogers adalah tokoh psikologi yang terkenal sebagai psikolog humanis, klinis, dan terapis. Ide pokok dari teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.. Aktualisasi diri adalah motivasi orang yang sehat. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak.
Pokok – pokok teori Rogers adalah organism, medan phenomenal, dan self. Organism yaitu keseluruhan individu (the total individual), medan phenomenal yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience), sedangkan self yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Carl Roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut  non-directive therapy, kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud individualitas konseling yang setaraf  dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif. Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya.



DAFTAR PUSTAKA
blog.tp.ac.id/pdf/tag/implikasi-teori-carl-rogers.pdf
id.wikipedia.org/wiki/Carl_Rogers
sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/niky1331701927.pdf
novira08.wordpress.com/2010/05/29/teori-humanistik-carl-rogers/
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=teori%20carl%20rogers%20&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CFMQFjAH&url=http%3A%2F%2Fwardalisa.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F26404%2FMateri%2B09%2B-%2BTeoriKepribadianCarlRogers.pdf&ei=bja_UJatL9HnrAelwoDwAQ&usg=AFQjCNHgxJ7Xszr3713exqHpcjKIs1HS7A